Friday, March 6, 2009

* perlu diketahui *

Artikel ini saya copy dari muslim.or.id/soaljawab. Tentang jawapan kepada soalan si penanya yg inginkan kepastian tentang bagaimanakah caranya berdakwah menggunakan penulisan. Semoga bermanfaat. :)

******

Sebagaimana telah diketahui bahwasanya aktifitas dakwah merupakan ibadah yang agung dan juga Allah memerintahkan dan menganjurkannya bahkan menjadikan pelakunya orang yang paling baik ucapannya dan amalnya.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Al-Fushshilat: 33)

Maknanya:


Tidak ada seorang pun yang lebih baik ucapanya dari orang yang menyeru di jalan Allah, mengamalkan apa yang dia serukan dan terang-terangan mengatakan bahwasanya dia termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi shollallahu’alaihiwasallam yang menjelaskan tentang kewajiban berdakwah dan keutamaannya yang semua ini menunjukkan bahwa aktifitas dakwah adalah suatu ibadah yang agung. Maka sebagaimana yang ma’ruf (dikenal -ed) di kalangan ahlul ilmi, suatu ibadah tidaklah diterima di sisi Allah kecuali terkumpul padanya dua syarat:

Syarat pertama:

Ikhlas karena Allah, dengan dalil firman-Nya, yang artinya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)

Dan syarat ke dua:

Sesuai dengan tuntunan dari Nabi shollallahu’alaihiwasallam, dengan dalil sabda Nabi shollallahu’alaihiwasallam yang artinya:

“Barangsiapa beramal denga suatu yang yang tidak ada perintah dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhori)

dan ini sesuai dengan makna dari firman Allah subhanahuwata’ala:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al-Mulk: 2)

Yang ditafsirkan oleh Fudhail bin Iyadh makna yang lebih baik amalnya yaitu: yang lebih ikhlas dan lebih tepat dengan tuntunan Nabi. Maka beranjak dari sini, ketika kita memulai aktifitas dakwah haruslah kita bertanya, apakah dakwah kita ikhlas karena Allah atau sesuaikah dakwah kita dengan yang digariskan oleh Nabi kita shollallahu’alaihiwasallam, baik itu kaifiyyah-nya, metodenya atau wasilah-nya/medianya, tempat ini bukan tempat untuk berijtihad dengan mereka-reka kaifiyyah dakwah, metodenya ataupun medianya, harus sesuai dengan syariat dan tuntunannya, karena seluruh bagian dari agama kita telah sempurna tanpa memerlukan lagi tambahan ataupun pengurangan, sehingga dalam masalah kaifiyyah dakwah, metodenya ataupun medianya itu pun sudah jelas, tidak mungkin hal ini diserahkan kepada kita untuk mengada-ngadakannya atau membuat-buatnya, maka ana nasehatkan kepada al-akh untuk kembali mempelajari kitab-kitab para ulama’ yang menjelaskan tentang masalah ini secara mendetail seperti kitab karya Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkholi yang berjudul “Manhaj Dakwah Ilallah fihi Al-Hikmah wal Al-Aql” dan juga membekali dirinya dengan Ilmu-ilmu syar’i, karena ini merupakan bekal yang utama dan pertama bagi seorang da’i ilallah, kalau menghendaki dakwahnya menjadi dakwah yang benar di atas dasar Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman generasi salaful-ummah serta memberikan buah yang berbarokah dan diterima di sisi-Nya. Wallahu a’lam.

No comments: